Navigation


RSS : Articles / Comments


Syariat, Thoriqot, dan Haqiqot

Hidup di dunia ini sebagai mana tuntunan alloh SWT, umat manusia menjadi saalikhul akhiroh (orang yang meninti jalan akhirat ) Alloh SWT berfirman dan carilah kebahagiaan negru akhirat pada apa yang telah di anugrahkan alloh kepadamu. Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari dunia.(Q.S. Al-Qososh : 77). Maksudnya tinjauan hidup hendaknya diarahkan kepada kepentingan, pembangungan kehidupan akhirat. Pembanganuan kehidupan akhirat kiranya hanya bias dititi melalui jalan taqwa dan menghindari hal-hal yang merusak itu. Upaya meniti jalan akhirat ini tidak bias tidak, mesti dengan tiga jalur ( menurut ulmu tasawuf) yang terkait, yaitu jalur syariat, thoriqot dan jalur haqiqot.
Kenyaytaan umum di masyarakat, keberadaan tiga jalur tersebut sering kali di praktekkan atau dipahami secara keliru. Seperti wujudnya thoriqot dan haqiqot yang di pertentangkan dengan sayriat. Thoriqot diidentikan dengan hanya membaca wiridan-wiridan tertentu. Jika orang sudah mencapai tahapan haqiqot, dia boleh (di tolelir ) bertindak semaunya, meski melanggar sunnah. Adanya ilmu sejati yang beekembang di masyarakat dimana dipentingjkan urusan hati (batin), sedang lahirnya belakangan bahkan diabaikan. Ini seluruhnya adalah praktek dan pemahaman keliru yang tampak di sebagian masyarakat.
Syekh zainuddin al muabbari al malibary dalam bait-bait syi’ir yang digubahnya 75.menyatakan, syar’at prakteknya adalah melaksakan apa yang telah fardlukan oleh alloh SWT kepdanya di samping menjauhi hal-hal yang dihramkan. Jaut syari’at adalah asasi bagi salikul akhirot, mengingat tidak bisa ditempuh jalur berikutnya manakal tidak berangkat dari sini. Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَدِّ ماََ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيكَ تَكُنْ مِنْ أَعْبَدِ النَّا سِ وَاجْتَنِبْ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيكَ تَكُنْ مِنْ أَوْرَعِ النَّاسِ – رواه ابن عدى
Kerjakanlah apa yang telah di tetapkan kefardluannya oleh alloh kepadamu, niscaya kamu menjadi paling beribadahnya manusia, dan jauhilah apa yang telah diharamkan oleh alloh kepadamu, niscya kamu menjadi paling menjaga dirinya manusia. ( H.R.Ibnu Ady, dloif lihat faidhul qodir I / 224)
Berikutnya thoriqot ialah mengambil suatu amalan tertentu dari sekian banyak amalan yang ada, yang diazami dilakukan dengan tumpuan harapan (arja amal). Hal ini didasari karena ter dapat sekian banyak amalan di dalam islam,dan rasanya tidak sanggu menjalankan selruhnya. Umumnya manusia77 nah, thoriqotadalah mengambil beberapa dari amaln itu, dengan azam kuat mengamalkannya penuh semanagt, rutin, dan menjadi tumpuan harapan,. Di antaranya thoriqoh yang dijalankan oleh para ulama dahulu , seperti menuntut ilmu, nendidik, (murobbi), berpuasa sunnah, khidmah pada dakwah atau khidmah pada aktivitas dan lembaga dakwah,berinfaq, sholat tahajjud, sholat dhuha, qiro’atul qur’an, bersedekah, mempebanyak sholawat, memperbanyak wiridan,dll. ada juga ulama dahulu yang menempuh thoriqoh dengan perilaku waro’ (hati-hati atau menjaga diri), meski terhadap perkara-perkara yang mubah. Agaknya ahli surga kala menuju surga, nmkereka berombong-rombongan sesuai dengan amal yang dipilihnya plus dengan pimpinanya. (Q.S. Az Zumat:73)
Sejarah menyatakn tidak ada salafushsholoh dahulu kecual mereka memiliki thoriqoh yang dipeganginya dingga akhur hayatnya. Syekh abdul qodir al jailan misalnya berkata: “ aku tidak wushul kepada alloh SWT dengan tahajjud, tidak pula dengan puasa sunnah. Akan tetapi aku wushul berkat kedermawanan, tawadlu’dan kepolosan hati,” ini artinya thoriqoh beliau adalah berinfaq, tawadlu’ dan kepolosan hati (lihat kifayatul atqiya’ wa minhajul ashfiya’ : sayyid bakry al makki: 13).
Jadi memang cukup banyak thoriqoh yang bias ditempuh dan maklum mengingat begitu banyaknya amalan kebaikan dalam islam. Hal ini bias dilihat pada periode sahaba. Hanaya saja menurut standar yang minimum, para sahabat rata-rata tidak tenggelam tidur di malam hati dan mesti menghatamkan al-qur’an sedikitnya tujuh hari sekali. Dari sini seyogyanya memiliki thoriqoh, terlepas dari thoriqoh apa yang hendak dipilih sebagai sebuah rutinitas dan tumpuan harapan di dalm menempu jaln akhirat.
Haqiqot merupakan inti daridua jalur diatas , bahwa ibadah atau amal macam apa yang dilakukan semata-mata sandaranya adal alloh SWT. Amal tidak dijadikan andalan, meski barangkali amalnya banyak,. Jalur haqiqot ini bias di tempuh bila telah dilakukan perenungan yang mendalam, ditit sekian banyak stasiun ( tempat pemberhentian) dan ditemukan rahasia apa (kemanisan) di balik amalnya. Hasil dari haqiqot ini adalah keikhlasan, keyakinan, tsiqoh billah (kepercayaan penuh kepada alloh), tunduk dan patuh , serta qona’aj (menerima apa adanya), sebagai mana kandungan kalimat hauqolah (laa haula walaa quwwata illa billah) dan hasbanah (hasbunalloh wani’mal wakil). Maka, haqiqot ini kedudukannya adala sebuah maqom.79
Jadi haqiqot meskipun berorientasi pada hati (batin), tetapi dia tidaklah meninggalkan amal jasadi. Imam al hasan al bashri berkata : “ilmu haqiqot yaitu meninggalkan perhatian terhadap pahalanya bermal menuggalkan beramal.”
Dengan demikian, ketiga jalur di atas mempunyai keterkaitan erat yang tidak dapat dipisah-pisahkan., ibaratorang mau menambang mutiara yabg mahal (haqiqot), dia mesti pakai kapal (syari’at) dan pergi ke laut (thoriqot). Atau ibarat orang memproduksi minyak kelapa (haqiqot), ia haru mengambil isi kelapa (thoriqot) setelah memecah (syri’at)
Karena itu sebagai pendamba saalikhul akhirat, memang harus melaksakan apa yang diperintahkan oleh alloh SWT, sekaligus punya thoriqot, dengan menyertakan haqiqot. Prinsip dasar akhirnya, yang pakok harus beramal (jawa: sakdermo ngamal). Kalaulah diberi pahala, alhamdulillah, itu adalah anugerah. Dan kalaupun disiksa itu keadilan dari alloh SWT


75syi’ir-syi’ir itu bunyinya memiliki arti: “ sesungguhnya meniti jalan akhirat dalah syri’at, dan thoriqot serta haqiqot. Maka perhatikanlah perumpamaannya. Syari’at itu terlaksan perahu.thoriqot itu bagaikan lautan, sedang haqiqot, ia seperti mutiara tang mahal harganya. Syri’at adalah mengukuti agama dzat yang maha menciptakan dan melakukan amar dan menjauhinya dan thoriqot yaitu mengambil yang lebih hati-hati disertai kesungguhan, seperti waro’dan riyadloh yang habis-habisan. Sementara haqiqot ialah sampainya seseorang pada tujuan, dan penyaksiannya pada cahaya keagungan dengan terang benderang

77.tidak akan sanggup menjalankan setiap amalan yang diajarakn oleh agama islam secara menyeluruh dan sempurna. Barangkali sedikit saja ummta islam yang mampu. Orang yang mampu menjalankan secara menyeluruh amalan dalam islam inilah yang disebut dengan al arif billah

79. Maqom dalam istilah tasawwuf yaitu tingkatan suasana kerohanian berupa pengamalan-pengalaman yang dirasakan dan diproleh melalui usaha-usaha tertentu atau jalan panjang yang ditempuh agar berada sedekat mungkuin dengan allohSWT. Abu qosim abdul karim al qusyairy menyebut ada mnam maqom, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, sabar. Dan ridlo. Menurut ulama’ lainnya masih ada lagi maqom seperti mahabbah, fana dan baqo, al ittihad, serta kefkiran

80.Sahabat ali bin abi tholib karromallohu wjhah berkata: “ Barang siapa menduga tanpa kerja keras bisa memperoleh surga, maka dia itu ngelamun. Dan barang siapa menduga dengan kerja keras memperoleh surga, maka dia gila.” ( lihat kifayatul atqiya’, Bakri al makki: 9)

Alloh SWT berfirman:
إياك نعبد وإياك نستعين
81.Hanya kepadamu kami beribadah dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan (Q.S. Al Fatihah:5) Abu ali addaqoq berkata: bahasa “ hanya kepadamu kami beribadah,” menunjukkan syri’at, sedang “hanya kepadamu kami memohon pertolongan”, mengisyratkan haqiqot. Lihat Ar Risalah al qssyiriyah, Abul Qosim al qusyairi:82

0 komentar: