Navigation


RSS : Articles / Comments


Sepuluh Etika Berdoa

Isi Khutbah Jum’at : 9 April 2010
Oleh : K. Muzammil Arif
Di Masjid : NurulYaqin Artodung Galis Pamekasan
Judul : Sepuluh Etika Berdoa

Sepuluh Etika Berdoa

Pertama, memilih waktu-watu mulia untuk berdoa, seperti hari Arafah di antara hari-hari dalam setahun, bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya, hari jum’at di antara har-hari dalam seminggu, waktu sahur (kala dini hari) di antara jam-jam di malam hari.
Allah Ta’ala berfirman: [وبالأسحار هم يستغفرون]”Dan di antara akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (Q.S. Adz Dzariyat: 18).
Kedua, mengambil kesempatan yang mulia, seperti: Saat bergeraknya barisan pada perang di jalan Allah Ta’ala, saat turunnya hujan lebat, saat pelaksanaan sholat fardhu, sehabis sholat fardhu, waktu antara adzan dan iqomat¸ saat sujud sebagaimana dikemukakan sebuah riwayat.
Sebenarnya kemuliyaan waktu-waktu tersebut berpeluang kepada kemuliaan suasananya. Misalnya, waktu dini hari merupakan waktu hati menjadi jernih, ikhlas dan bebas dari berbagai gangguan (kekacauan). Hari Jum’at dan hari Arafah.
Merupakan saat berhimpunnya semua tujuan dan saling terpautnya semua hati untuk mengharapkan curahan rahmat Allah Azza Wajalla.
Ketiga menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan sekira putih ketiaknya tampak. Lalu mengusapkan kedua telapak tangan kewajah di akhir doa
قال عمررضي الله عنه كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ مد يديه في الدعاء لم يردهما حتي يمسح بهما وجهه
“Umar ra. Berkata,” Rosulullah saw. apabila menjulurkan kedua tangannya dalam berdoa, tidak menariknya kembali sebelum mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya itu.”
وقال ابن عباس رضي الله عنهما : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دعا ضم كفيه وجعل بطنهما مما يلي وجهه.
Ibnu Abbas ra. Berkata, “Apabila usai berdoa Rosulullah saw. Mendempetkan kedua tangannya dan menjadikan bagian dalamnya mengarah kewajah. “ini posisi kedua tangan beliau tetapi tanpa nengarahkan tatapan matanya ke langit.
keempat merendahkan suara antara berbisik dan jahr (nyaring). Tantang firman Allah Ta’ala:
ولا تجهر بصلا تك ولا تتخافت به
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya “, (QS Al Isro” : 110). ‘Aisyah berkata, “maksudnya dalam doamu,”
Alla Ta’ala memuji nabi Zakaria as. Melalui firmanNya:
إذا نداى ربه نداء خفيا
”Tatkala dia berdoa kepada tuhannya dengan suara yang lembut”. (QS. Maryam: 3). “Allah Ta’ala juga berfirman

“berdoalah kepada tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (QS. Al Isaro’: 55).
Kelima, tidak membebani diri dengan ucapan yang bersajak dalam doa.
Keenam, merendahkan, khusuk, penuh harapan dan cemas. Allah Ta’ala berfiman: “berdoalah kepada tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut,”
Ketujuh, memantapkan doa, merasa yakin akan diterima, dan benar-benar menggantungkan harapan kepadanya.
قال رسولالله صلى الله عليه وسلم : ولا يقل احكم إذا دعا : اللهم اعفرلي إن شئت, اللهم ارحمني إن شئت, ليعزم المسالة, فإنه لا مكره له.
Rosulullah saw. Bersabda, “Jangan sampai salah seorang diantara kalian berucap saat berdoa: Ya Allah, ampunilah dosaku jika engkau kehendaki. Ya Allah, kasihanilah daku jika engkau kehendaki. Tetapi, hendaklah ia memantapkan permohonan. Sungguh, memantapkan doa bukan hal yang dibenci.”
قال رسولالله صلى الله عليه وسلم :إذا دعا أحدكم فليعظم الرغة فإن الله لا يتعاظمه شئ
Rosulullah saw. Juga bersabda, “Apabila salah seorang diantara kalian berdoa, hendaklah ia memperbesar harapan sungguh, tidak ada sesuatupun yang lebih besar dari Allah Ta’ala.” Dan Belia bersabda,
قال رسولالله صلى الله عليه وسلم : ادعوا الله وأنتمموقنون بالإجابة , واعلموا أن الله عز وجل لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه
“berdoalah kepada Allah dengan keyakinan mendapat pengabulan. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai dan lenggah.”
Kedelapan, terus-menerus dang mengulang doa tiga kali, dan jangan berharap pengabulannya diperlambat.
Kesembilan, mengawali doa dengan dzikir dan pujian kepadanya (jangan langsung dengan permintaan lalu membeca sholawat untuk nabi saw. “kemudian menutup doanya juga dengan dzikir dan sholawat.
Sepuluh, dan ini adalah etika batin yang merupakan inti dalam pengabulan doa, yaitu: taubat, menebus berbagai kezliman, dan menghadapkan diri kepada Allah ‘Azza Wajalla secara penuh. Yang batin inilah sebetulnya yang menjadisebab terdekatdalam pengabulan doa.

0 komentar: